SAPAAN HATI DAN AIR HIDUP
- Oleh: Nanny Tjahjadi
- May 1, 2014
- 2 min read

Dalam pergaulan hidup, kita mengenal beberapa bentuk sapaan sebagai suatu sarana komunikasi. Ada yang disebut sapaan tangan yang dilambaikan “…Dadaah, Daag”. Ada pula sapaan goyangan tangan disertai ucapan singkat. Di Kitab Suci, ketika memasuki gerbang kota Yerusalem hendak merayakan perayaan Paskah Yahudi, Yesus disambut banyak orang dengan tangan yang membawa daun palma sambil berseru “Hosana….Hosana” (Mrk 11:1-11). Ada lagi sapaan tangan dengan lambaian dan goyangan tangan, tetapi lebih berupa sentuhan hati dan perasaan simpati yang mendalam. Kalau kita pergi ke gereja Katedral, mata kita jauh memandang ke langit-langit bangunan. Hati kita tersentuh dengan kalimat “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Ini adalah sabda Yesus yang semasa masih tinggal di dunia berjalan berkeliling dan berbuat baik (Kis 10:38), dan sekarang telah menjadi suatu sapaan hati. Yesus berpesan kepada para murid-Nya untuk mengajar dan memberitakan Injil. Yesus yang diurapi Allah dengan Roh Kudus layak disebut Kristus. Ia dinaungi Roh Kudus menjadi Anak Allah (Luk 1:35). Oleh karenanya, segala sapaan-Nya bisa disebut “Sapaan Hati Yesus yang Mahakudus.”
Dengan Sapaan Hati yang Kudus itu, Yesus dalam karya keselamatan-Nya melakukan berbagai penyembuhan yaitu orang buta dapat melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang yang miskin diberi kabar baik (Mat 11:2-5). Semua itu menurut Paulus adalah kekayaan kasih Kristus yang tak terhingga (Ef 3:8). Pada Jumat, 12 Juni 2015, kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus. Kita diajak berefleksi sejenak, agar kita dapat mengingat kekayaan kasih Kristus yang tak terhingga itu.
Pada saat merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus ini, kita mengingat sumber kasih itu sendiri yaitu Allah Bapa pencipta semesta. Dalam Injil Yohanes 3:16 dikatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.” Kita juga diingatkan betapa besar pengorbanan Yesus, di antaranya penderitaan di kayu salib, ketika lambung-Nya ditikam tombak, darah bercampur air bercucuran membasahi bumi Golgota. Sebagai sejarah, ini menandakan peristiwa kekejaman dan kesadisan terhadap umat manusia (Yoh 19:31-37). Darah Yesus beserta air yang mengalir sekarang telah menjadi air hidup bagi umat Allah, yakni air yang senantiasa mengalir tanpa batas ke segala penjuru dunia. Kita tidak akan merasa dahaga lagi karena memperoleh kesejukan dalam kehidupan. Hidup kita takakan kekurangan asal beriman kepada Yesus. Yesus bersabda: “Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (Yoh 4:13-14). Itu dapat kita alami bila tetap tinggal dalam Dia, seperti sabda-Nya dalam Injil Yohanes 15:7: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku, dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”
Comments